“Enak ya punya pacar Bule?”
“Saya juga mau cari bule aja ah.”
“Bule pasti lebih baik ya Mbak?”
Entah sudah berapa kali saya denger omongan macam begini. Biasanya saya tidak terlalu menanggapi karena saya nggak punya waktu juga. Tapi hari ini kok terinspirasi untuk nulis sedikit soal asumsi di atas itu yah.
Pacar Bule Jaminan Kebahagiaan? Think Again!
First of all, seperti yang selalu saya koar-koarkan di support group kami, Single Moms Indonesia…kebahagiaan itu datangnya dari dalam diri kita sendiri yah Mbak Sis. Bukan dari jodoh, bukan dari pacar, bukan dari negara mana si lelaki itu berasal!
Jadi tolong pelan-pelan lupakan sindrom Cinderella yang menjanjikan bahwa suatu hari nanti akan datang pangeran tampan yang menyelamatkan kita dan kita akan hidup happily ever after. Kenapa? Karena pada kenyataannya hidup ini beda dong sama film animasi Disney.
Tidak ada jaminan kalau punya pacar bule semua akan indah surindah lho Mbak. Saya sendiri sudah ngalamin kok yang namanya pacaran sama orang Indonesia dan non-Indonesia (yang Mbaknya sebut bule). Kesimpulannya ya baik tidaknya seorang laki-laki itu kembali ke diri mereka masing-masing kok. Nggak ada hubungannya sama warna kulit dan ras. Kasarnya nih ya, kalo bajingan ya bajingan aja.
Saya sendiri kurang paham kenapa masih banyak perempuan yang beranggapan berpasangan dengan orang asing itu pasti seperti orang menang lotre. As if having a foreign boyfriend means you won the golden ticket! Apa karena banyak juga perempuan kita yang setelah punya pasangan orang asing lalu memamerkan kekayaan di media social? Yang seperti itu juga banyak sih sebenarnya. Yang sampai foto tidur-tiduran di atas uang dollar yang dijembrengin juga ada. Tapi please tolong diingat kalau postingan di akun sosmed itu belum tentu adalah potret kehidupan yang sesungguhnya mereka alami. Pencitraan itu biasa lah di sosmed jadi jangan juga gampang percaya begitu aja.
Punya pasangan orang asing tidak jadi jaminan tolak ukur happily ever after. Banyak cerita sedih dari pernikahan beda bangsa yang berakhir tragis sampai rebut-rebutan anak misalnya. Sebagai perempuan yang pernah menikah dengan orang asing, saya sudah mengalami sendiri gimana kenyataan suka nggak seindah bayangan di kepala. Yang bahasanya fasih aja kadang bisa muncul salah paham kok apalagi yang kebentur masalah bahasa. Lost in translation much? Dapat pacar orang asing yang hobinya tebar pesona kanan-kiri karena dia merasa dirinya adalah ciptaan Tuhan paling okeh di dunia juga banyak kejadian lho. Tipe ini termasuk penjahat kelamin kalo minjem istilah saya dan teman-teman dekat. Di Jakarta apa lagi, banyak tuh yang model begini. Belum lagi persoalan surat-surat (paperwork!) oh my God, ini juga rempong lah Mbak. Belum lagi proses adaptasi menyatukan dua budaya yang berbeda. Intinya satu sih, all relationship takes work and efforts from both sides.
Buat yang masih ngayal dapat pacar bule lalu hidupnya happily ever after, saran saya bangun deh Mbak. Minum kopi (atau teh mungkin) dan meditasi, cari kedamaian dan kebahagiaan dari diri sendiri. Wajar lah sebagai perempuan kita pengen dapat pendamping yang baik, penyayang dan lain-lain yang bagus-bagus tapi apa kita juga sudah menjadi perempuan yang seperti itu? Apa kita sudah bener-bener sayang sama diri sendiri? Apa kita sudah punya batasan-batasan yang jelas dari dalam diri sendiri? Setting boundaries are important, ladies!
Pesan ini juga sudah sering saya coba tularkan ke teman-teman single moms. Apalagi kita pernah bercerai jadi urusan memilih pasangan lagi ini ya emang sudah pasti harus lebih hati-hati. Jangan juga buru-buru pengen nikah lagi supaya tidak malu menyandang gelar sebagai Ibu Tunggal.
Kalau memang tujuan hidupnya nyari bule yah silahkan juga, namanya juga free will kan. You are free to do what you want to do. Tapi ya itu ada baiknya juga stigma punya pacar/pasangan bule lebih bahagia ini pelan-pelan diganti.
Sekali lagi ya Mbak-Mbak tersayang, punya pasangan orang asing itu nggak seperti menang togel cyin.
Mendingan fokusin aja sis ke membangun rasa cinta pada diri sendiri dulu. Self–love bukan sekedar slogan new-age gombal kok tapi kalau kita aja nggak cinta sama diri sendiri yah gimana kan ya Mbak? Punya atau tidak punya pasangan, kita wajib dong tetap harus bahagia. Sudah waktunya kita sebagai perempuan berhenti menggunakan laki-laki sebagai tolak ukur kadar kelengkapan juga kebahagiaan hidup. Sepertinya kalau nggak punya pasangan itu hidup jadi nggak komplit.
Hayuk lah mari bersyukur sama apa yang sudah kita punya. Punya atap di atas kepala, anak-anak yang sehat (for the single moms), punya pekerjaan untuk menghidupi diri dan anak (kalau single mom), punya sahabat-sahabat yang cinta sama kita. Sering-sering bersyukur lebih penting daripada menghitung apa yang nggak kita punya (pacar bule misalnya) bakalan bikin hidup lebih tenang dan bahagia.
Jadi kesimpulannya, kalau mau jaminan ya beli asuransi aja eh, nggak ya? Intinya, hidup ini nggak ada jaminan seperti beli mesin cuci. Yang pasti, we are responsible for our own happiness!
Nice writing mba Maureen. 🙂
Totally agree with your writing.
Terima kasih Mbak Mira 🙂
Hell yeah, happiness lays in our very own mind. You can have a partner grown out from a jungle or just literally the boy next door and be happy.
Spot on, Opi! If we tend our own garden then they will bloom with time instead of being envy of the neighbour’s greener grass 😀
betul mba kebahagiaan emang yang ciptain diri kita sendiri 🙂 kadang orang lain ya liat hanya lapisan luar mereka belum tau untuk mencapai ketitik ini bahkan kita mesti merasakan kehilangan terlebih dahulu 🙂
Betul Mbak Herva, aku juga menyadari arti kebahagiaan sesungguhnya itu setelah melalui proses kehilangan yang besar 🙂 Terima kasih sudah mampir ya Mba.
Namasteee kakk ! hahahaha
Hahahaha namastay in bed…lelah hayati cyin
I really interested in western people and really adore their fast development but my husband is a local man. I think he is still the best
It all comes down to the very core of their personality, in my opinion. As long as we are with someone who is kind to us and others that’s what matters yah. Salam kenal Mbak! 🙂
ya gak selalu, tp kita itu terlalu gimana gitu saam bule, kaayknay keren pdhl mereka juga manusia biasa yang punay sifat jelek dan bagus
Betul Mbak semua kembali ke pribadi masing-masing kan ya 🙂
Punya pacar bule buat saya menyenangkan, karena si dia lebih “ngerti” – romantis nya emang kayak di film film juga hahahaha..
Pacar Indo eeh.. suami Indo banyakan kita kudu “ngertiin dia” .. hmfffr
Hahaha stereotipe yang sering didengar seperti itu yah lebih romantis dan sweet hehehe. Tapi ada juga kok yang dingin dan nggak bisa romantis.
Semua ada plus minusnya ya. Terlepas dari stereotype atau bukan, yg aku suka dari budaya “Barat” adalah orang-orangnya cenderung lebih tidak menghakimi atau melarang-larang. Aku bisa jadi diri sendiri. Pihak lelaki juga nggak banyak berharap istri masak, merawat rumah dll karena cap “itu pekerjaan perempuan” kebanyakan sudah berubah jadi “ini tanggung jawab bersama”. Tapi teteup sih setelah pindah ke Jakarta dan ngerasain adanya asisten rumah tangga dia jadi males, hehe 😀 Minusnya ya balik ke masalah budaya tadi, kadang hal kecil kayak pakai sepatu di rumah vs nggak aja bisa jadi masalah karena pandangan yang berbeda.
Kerenn mbakk, bagus banget artikelnya
saya setuju banget sama tulisanmu mbak.
yang perlu digaris bawahi bahwa kita harus nerima biar idup bahagia bersama keluarga
Setuju mbak karena perilkau seseorng itu bukan dilihat dari mana dia berasal tapi harus dilihat benar-benar perilakunya dengan baik
Setuju banget kak Maureen, keindahan dan kesenangan dalam berpasangan tidak dinilai dari kulit putih atau coklatnya. Tapi, akan ternilai dengan hati yang saling mencintai.
Betul banget mbak, dengan bersyukur segala sesuatu akan berubah menjadi indah.
Mungkin mereka yang bilang punya pacar bule bisa lebih bahagia karena belum pernah menemukan pria nusantara yang baik.
mungkin dengar – dengar kabar kalo pasangan dari indonesia kebanyakan suka selingkuh dan perilakunya kurang sopan dan mungkin lainnya lagi.. haha
I agree with u sis 😉
I stay with my BF 2 yrs his so assh*** like to f*** around and good liar
Saya setuju bahwa sebelum mencintai orang lain, kita harus belajar untuk mencintai diri sendiri dan kebahagiaan itu diri kita sendirilah yang menciptakan. Tapi terkadang (bagi saya pribadi), saya butuh seseorang yang selalu mengingatkan saya bahwa I am worth it! That I am as beautiful as any other person in this world or even more beautiful than anyone else (according to him kalo yg ini ya). Hehe Dan Alhamdulillah I have found that person who adores me as much as I adore him. 🙂