Pengalaman Operasi Histerekomi
Melalui tulisan ini saya harap dapat sedikit membantu teman-teman yang harus menghadapi ‘vonis’ histerektomi. Histerektomi = Operasi Pengangkatan Rahim. Sekaligus sebagai catatan perjalanan saya sendiri.
Sedikit latar belakang, saya sebelumnya telah didiagnosa punya miom (uterine fibroids) sejak tahun 2013 tapi waktu itu saya masih ngotot pengen menyembuhkan secara natural lewat makan sehat (saya sempat raw food), minum cuka apel dll. Alternatif lah judulnya.
Lalu beberapa tahun kemudian, gaya hidup super sehat saya jatuh berantakan dan walhasil badan kembali membengkak dong hahaha ya gitu deh. Perjuangan untuk sehat saya emang jatuh bangun.
Nah, beberapa bulan terakhir sebelum saya mengumpulkan nyali untuk akhirnya datang ke dokter kandungan, keluhan saya di bagian perut makin parah. Setiap kali datang bulan pendarahan saya bisa sampai 2 minggu. Kebayang kan nyiksa banget belum lagi pendarahannya sangat banyak sampai saya harus minum suplemen zat besi (iron) karena kalau nggak saya pasti lemas kekurangan darah. Nggak berhenti di situ aja penderitaan saya setiap bulan, sebelum haid pun saya belakangan seperti orang mau flu berat. Badan demam dan sakit. Menggigil. Sampai sempat takut sakit tipes.
Jadi lah saya ketemu dokter. Dilakukan pemeriksaan dengan USG dan raut wajah dokter langsung mengkerut. “Aduh, Ibu ini miomnya sudah gede banget.”
“Sudah berapa besar, dok?” tanya saya saat bangkit dari meja pemeriksaan
“Besar pokoknya.” dokter sepertinya tidak mau ngasih tau dan harusnya saya berkeras bertanya tapi kalimat susulan dari dokter membuat lutut saya terasa lemas lunglai.
“Ini harus histerektomi ya Bu. Rahimnya harus diangkat…” sepertinya dokter masih melanjutkan menjelaskan tapi sejujurnya mendengar omongan dokter itu saya langsung ngerasa lemas seperti lantai di bawah kaki saya ditarik. Pikiran saya sempat blank dan bingung.
“Kita jadwalkan secepatnya ya Bu soalnya ini bahaya.”
“Baik dok, apa yang harus saya lakukan sekarang?”
Singkat cerita, operasi pun dijadwalkan untuk tanggal 23 Mei 2022. Saya lalu harus periksa lab dan ketemu dengan dokter penyakit dalam.
Ternyata dari hasil pemeriksaan lab ketauan dong gula darah saya tinggi banget. Walhasil saya diresepkan obat diabetes oleh dokter penyakit dalam. Selama beberapa hari saya harus diet super ketat menjelang waktu operasi.
Tadinya saya sempat berharap operasi bisa ditunda sampai gula darah diambang yang aman tapi menurut dokter kandungan saya kondisi miom dalam rahim saya berbahaya dan perlu tindakan segera.
Okay jadi lah operasi sesuai jadwal.
Hari Operasi
Di tanggal yang ditentukan, 23 Mei 2022 saya check-in ke rumah sakit ditemani adik saya. Karena prosedur rawat inap masih dalam rangka Covid jadi memang hanya bisa diantar/ditungguin satu orang keluarga aja.
Selesai proses mendaftarkan diri, adik saya diminta Suster untuk mengurus surat-surat (saya operasi dengan BPJS) di lantai 1. Suster lalu mengantarkan saya untuk masuk ke kamar. Kebetulan saya dapat kelas 1 yang sekamar berdua. Oh iya, ruang perawatannya barengan dengan ruang Ibu bersalin ya. Jadi ‘tetangga’ sekamar saya adalah Ibu-Ibu yang baru saja melahirkan.
Suster ngasih saya gaun pasien dan saya diminta menanggalkan semuanya bahkan pakaian dalam. Perhiasan, jam tangan dan aksesoris apa pun wajib dicopot yah.
Setelah beres saya pakai gaun pasien, Suster datang untuk memasang infus dan saya harus disuntik insulin karena kadar gula saya masih di angka 200-an pagi itu.
Jam 12 siang, saya dibawa oleh Suster dari ruang bersalin dan Suster dari ruang bedah menuju lantai tempat operasi. Saya masih harus menunggu sekitar sejam-an di dalam ruang tunggu. Sepertinya menunggu ruang operasi kosong karena saya denger suara bayi jadi mungkin ada yang baru habis lahiran ceasar.
Setelah itu tempat tidur saya didorong masuk ke ruang operasi yang ukurannya tidak terlalu besar berwarna biru. Suster membantu saya pindah ke tempat tidur operasi dan mereka pun mulai mempersiapkan saya. Sebenarnya saya sudah memohon untuk minta dibius total dari sejak sudah di ruang tunggu operasi. Tapi pihak RS menjawab prosedur untuk operasi histerektomi adalah bius lokal. Bukan apa-apa, saya trauma dengan bius lokal karena waktu saya ngelahirin anak saya 15 tahun lalu, suntikan epiduralnya sakit banget.
Dokter Anastesi meyakinkan saya bahwa sekarang udah canggih, sakitnya udah nggak kayak dulu. Lha, jaman dulu itu ukuran jarumnya aja kayak yang buat nyuntik sapi hahaha. Sampai dokternya nunjukin jarum suntik yang memang tipis ke saya. Oh iya, bener juga jarumnya tipis, sakitnya seperti disuntik biasa, nggak seperti epidural 15 tahun lalu. Oh ya, kateter ternyata dipasang setelah obat biusnya bekerja.
Tapi…saya tetap menyesali kenapa saya tidak bisa dibius total…karena dari hasil riset saya sebelum operasi, bius lokal kebanyakan jika operasi histerektomi dilakukan secara laparoskopi (dengan 2-3 lubang yang kecil di perut/pusar dan robotic). Tapi ya sudah saya bisa bilang apa lagi.
Benar saja, selama operasi saya tidak tenang. Saya gelisah. Untung tangan saya diikat kiri-kanan kalau nggak pasti udah refleks bergerak kemana-mana. Memang obat bius membuat pinggang kebawah mati rasa tapi tetap saja sangat nggak nyaman merasakan perut di obok-obok Dokter dan Suster. Rasanya sampai ke dada tuh nggak enak banget.
Saya juga makin drop karena dokter menyatakan “Bu maaf kita nggak bisa masuk dari bekas caesar Ibu karena ukuran miomnya sudah terlalu besar” Aduh makin lemes lah. Padahal sebelumnya, waktu konsultasi awal dokter bilang bisa membuka jahitan caesar aja. Sekarang jahitannya harus vertikal. Rasanya saya mau menangis saat itu tapi hanya bisa ditahan.
“Ibu kenapa?” Tanya suster asisten dokter yang membantu operasi.
“Nggak enak Suster. Saya mual…” jawab saya lirih.
“Sabar yaa Bu…ini hampir selesai.”
Rasanya waktu berjalan super lambat dan lama. Sekitar 1.5 jam kemudian dokter kandungan menghampiri saya dan menujukkan apa yang sudah beliau keluarkan. Betapa kaget dan lemas rasanya melihat gumpalan sebesar bayi normal di tangan dokter.
Ternyata ukuran rahim saya sudah gede banget!
Setelah operasi saya “diparkir” di ruang tunggu operasi untuk observasi selama hampir sejam. Mereka juga ternyata nyariin adik saya yang dipanggil-panggil nggak ada di ruang tunggu di luar hahaha. Adik saya jadinya nyusul ke ruang operasi lagi setelah saya balik ke kamar. Dia sampai lemes ngelihat spesimen yang diambil dan sudah dimasukin kedalam jerigen sebelum dikirim untuk pemeriksaan patologi.
Akhirnya hampir jam 4 sore saya baru kembali ke kamar dan dikasih makan. Saya mual dan nggak ada napsu makan sama sekali. Tapi dipaksa oleh adik saya bahkan dia pun nyuapin kakaknya hahaha.
Rasa sakit malam itu tidak terlalu banyak mungkin karena efek obat biusnya masih ada tapi memang saya nggak bisa tidur. Nggak nyaman aja dan posisi tidur harus telentang. Saya lupa pastinya jam berapa tapi waktu Suster shift malam berkeliling mengecek pasien, salah satu Suster melihat saya garuk-garuk. Ternyata efek samping obat bius buat saya masih sama seperti waktu habis lahiran anak saya 15 tahun lalu…alergi dan seluruh badan saya gatal! Akhirnya oleh Suster saya diberi obat alergi untuk diminum.
Hari Pertama Pasca Histerektomi
Di pagi pertama di kamar, Suster memeriksa saya, menanyakan kadar sakit yang saya rasakan. Saya bilang sakitnya masih bisa saya tahan dengan obat minum yang sudah dikasih sebelumnya. Lalu kateter saya dibuka.
Nah, di sini lah kekonyolan saya. Saya lupa saya tuh habis operasi besar! Ada luka jahitan vertikal di perut yang baru saja ditutup sehari sebelumnya dan saya dari kemarin pagi posisinya rebahan terus.
Bukannya manggil Suster, setelah bisa agak duduk saya pikir saya cukup kuat untuk ke kamar mandi sendirian. Pelan-pelan saya duduk dipinggir tempat tidur dengan infusan di tangan. Sangat hati-hati saya jalan sendiri dari tempat tidur menuju kamar mandi yang jaraknya hanya beberapa langkah.
Selesai buang air kecil, saya merasa limbung saat berdiri. Tarik napas dalam-dalam…saya buka pintu kamar mandi lalu semuanya gelap!
Saya jatuh tersungkur. Sepertinya kaki saya nggak bisa gerak dan tau-tau saya hanya bisa bilang “Tolong…” nggak tau seberapa keras suara saya. Beruntung banget ‘teman sekamar’ saya sedang ditemani suaminya yang langsung lari dan membantu saya berdiri lalu berusaha memapah saya kembali ke tempat tidur dengan pelan-pelan sambil istrinya memanggil Suster.
Walhasil, saya kena omelan Suster hahaha. Maaf ya Suster, susah kalau terbiasa mandiri ya kan.
Selain kena omelan Suster, Adik saya juga ngomel. Untungnya saya nggak papa, kepala nggak terbentur tembok dan jahitan juga tidak terbentur. Hanya tangan kiri sempat lecet terkena pinggiran tembok.
Sejak saat itu saya selalu minta diantar Adik saya kalau harus ke kamar mandi.
Hari pertama ini rasa sakit sudah mulai sangat terasa. Saya nggak bisa tidur. Obat penahan sakit saya hanya diberikan yang bentuknya pil. Gula darah saya juga dimonitor 3 kali sehari oleh Suster. Sempat gula darah saya terjun bebas bikin badan saya lemas dan melayang.
Di hari pertama ini saya lebih banyak tidur walau pun kebangun-bangun terus. Untungnya saya emang bawa bantal dari rumah jadi bisa membantu karena nyari posisi nyaman tuh susah banget.
Sorenya dokter kandungan yang melakukan operasi datang dan nunjukin foto rahim saya yang segede gaban itu. Dia pun menjelaskan terpaksa ovarium kanan dan tuba falopi kanan saya ikut diangkat karena di ovarium kanan ternyata ada kista.
Dokter juga menjelaskan sekarang saya tidak akan menstruasi lagi tapi satu ovarium saya yang tersisa masih akan terus memberikan hormon yang dibutuhkan jadi saya tidak akan ngalamin gejala-gejala menopause seperti pada umumnya. Luar biasa yah badan kita ini? Saya lebih banyak bengong mendengarkan penjelasan dokter. Antara masih shock ngelihat ukuran rahim yang sebesar itu dan menahan rasa sakit dan nggak nyaman.
Pingback: Proses Pemulihan Pasca Operasi Histerektomi - Maureen Hitipeuw
Makin tambah usia, kesehatan makin harus dijaga benar-benar ya.
Awal tahun 2021 ku juga sempat periksa dan ada miom, sama dokter langsung disuruh operasi tapi dengan cara di laser, biar nggak makin besar.
Semoga sekarang sudah lebih baik ya Maureen.
Ditunggu tulisan berikutnya 🙂
Betul sekali Mba. Apalagi kesehatan organ reproduksi ini penting banget buat kita para perempuan yah. Bersyukur banget miomnya Mba udah ditangani. Sehat-sehat terus ya Mba. Peluk dari TangSel.
Duuuh mba, aku kayak balik ke beberapa tahun lalu pas baca ini. Bukan aku yang ngalamin angkat rahim sih, tapi mama. Cuma nemenin waktu itu. Penyebabnya sama, karena ada miom. Tapi sempet kecewanya Krn pas berobat di salah satu RS Medan, dibilangnya kanker ganas. Akhirnya cari second opinion di RS Malaysia. Dan dokternya bilang itu hanya miom, tidak bahaya, tapi mengganggu. dan karena toh mama udah punya 4 anak, dokternya saranin sekalian angkat rahim aja. Karena kebetulan aku sdg kuliah di sana juga, akhirnya setuju, operasi angkat rahim di sana.
Cuma aku ingetnya mama bius total sih , soalnya pas kluar dr kamar operasi masih ga sadar. Setelah operasi, yg tadi nya mama suka kesakitan tiap haid, jadi ga ngalamin lagi. Langsung menopause, tapi setidaknya udah ga kesakitan kayak dulu. Serem memang miom ini yaaa :(. Aku pun sejak kejadian mama ini, jadi hati2 soal makanan. Apalagi umur sekarang udah segini, udah bukan waktunya makan sembarangan.
Sehat2 buat mba Maureen yaaaa
Ya ampun Mba, kok ikutan kesel sih divonis kanker segampang itu. Hiks, memprihatinkan sekali. Iya Mba rata-rata operasi Histerektomi yang biasa (bukan laparoskopi) di luar negeri memang bius total, saya kesel dan bingung kenapa di sini dianggap ini hanya proses ‘segampang’ caesar aja padahal kan operasinya lebih besar dan kompleks apalagi kalau jahitannya vertikal. Sehat-sehat terus untuk Mba dan Mamanya yah. Salam dari aku Mba 🙂
Kak klo boleh tanya dl mama nya operasi miom di malaysia dgn dokter siapa & di RS mn ya ?
sakit ya mbak, aku dulu waktu diangkat rahim, hari pertama paska operasi harus bisa miring tidurnya. sakit banget. hari kedua ahrus duduk. karena sakit aku malas mencoba dan sama perawatnya kateternya dibuka ajdi mau gak mau aku belajar duduk dan ke wc. jaalnnya bungkuk karena nahan sakit. Hampir 2 minggu baru bisa normal kembali
Wah kok disuruh miring ya Mba? Aku disuruh telentang dan emang belum bisa miring karena sakit banget. Bener banget jalan bungkuk itu kayak refleks ya. Terima kasih sudah berbagi pengalaman ya. 🙂
Sejak 2 tahun lalu dokter menyarankan untuk tindakan histerektomi karena aku juga adenomiosis di Rahim. Tapi akunya Masih maju mundur nih. Belum berani sampai pada keputusan itu
Sebelumnya aku udah 2 Kali laparascopy karena endometriosis. Lalu Caesar untuk melahirkan. Lalu berkali2 kuret karena hiperplasia. Masih trauma rasanya masuk ruang operasi
Baca tulisan ini, perasaanku campur aduk. Berani gak ya….
Terimakasih sudah berbagi ya, kak
Hai Kak Arni, terima kasih sharingnya yah. Kebayang banget pasti trauma masuk ruang operasi setelah perjuangan dirimu. Memang lah kesehatan alat reproduksi ini penting banget buat jadi perhatian kita perempuan ya. Semoga apa pun keputusan dirimu adalah yang terbaik ya Kak. Peluk dari TangSel.
Terimakasih sudah berbagi. Semogac cepat pulih dan sehat2 ya Maureen.
Saya pernah operasi miom juga sudah lama sekali. Tetap kuat dan semangat ya. TYM
Amin, terima kasih banyak Kak Yeany. Sehat selalu ya Kak.
Pingback: Merawat "Luka Emosional" Pasca Histerektomi - Maureen Hitipeuw
Saya terpaksa menjalani Ops rahim krn mendapatkan banyak masalah kesehatan 5 tahun terakhir sebelum jalani ops, diantaranya nyeri hebat saat mens.
thn 2010 saya ops 24 miom kecil2 dan 3 kista dg cover asuransi perusahaan. Total benjolan 27buah. Sejak awal ditawari utk angkat rahim dan saya menolak keras, minta dicarikan cara tanpa angkat rahim. Saya sudah riset 8 bulan sebelumnya apa advantage dan disanvantage pengangkatan rahim, saya paham konsekwensinya maka menolak, bersyukur dikabulkan. Saat ops 3,5 jam kompleksitas operasi yg saya jalani, saya bius total krn rahim dibelah dua utk membersihkan begitu banyak miom & kista.
Saya banyak bersyukur bahwa banyak opsi2 pilihan kenyamanan saya dikabulkan tim dokter operasi, mungkin karena bukan menggunakan moda BPJS, entahlah. Saya justru lama pemulihan pasca operasi sekitar 1 bulan. Memang kesehatan utama ya mba, sehat selalu utk kita semua
Hi Kak Intan, terima kasih sudah berbagi pengalaman juga ya. Semoga Kak Intan sehat terus ya. Peluk dari jauh.
Maaf mbk.. Setelah setahun pasca angkat rahim apa yg di rasakan..? & setelah nya di dlm hubungan badan apakah masih nyaman atau ada kendala mbk..
Jg tentang kesehatan kita setelah pasca angkat rahim apakah ada masalah. Misalkan jd gmpng sakit, gmpng masuk angin n sakit di beberapa tempat.. Mohon info nya mbk… Karna td mlm tgl 22 Agustus ’23 sy habis priksa di dokter kandungan diagnosa nya di rahim kiri sy ada kista 2cm & di jln rahim atau di mananya aq g begitu jls karna sdh syok duluan mendengar vonis tersebut, ada miom 2cm. Saran dokter di lakukan tindakan angkat rahim.. Tp sy takut😭. Sy bingung mau tindakan apa ndak..
Hai Kak Erna, maaf baru reply. Setelah setahun energi saya sudah normal kembali dan nggak ada keluhan apa-apa. Paling kalau mendekati waktu haid, di muka masih muncul jerawat. Tapi enaknya karena sudah nggak haid jadi lebih bebas aja. Untuk hubungan badan, saya tidak melakukan karena masih Ibu Tunggal, Kak 🙂
Peluk dulu Kak iya saya paham banget pasti shock dan takut mendengar vonis dokter. Tapi mungkin bisa cari second opinion apa memang karena kista dan miom dengan ukuran itu harus langsung operasi pengangkatan rahim. Doa terbaik saya untuk Kak Erna ya.
Hai Mauren
Saya tgl 13 Juli 2023 operasi angkat rahim
Sampai skrg belum pulih total ya, masih banyak yg aneh² dirarasakan pada tubuh.
Hi Santiana,
Semoga proses pemulihannya berlajan dengan lancar tanpa komplikasi ya. Memang menurut sumber-sumber yang saya baca, masa pemulihan setelah histerektomi itu bisa sampai 6 bulan, tergantung kondisi badan kita masing-masing. Wajar banget kok merasa aneh-aneh karena hormon tubuh kita terganggu ya kan setelah operasi. Sabar ya. Saya tau banget rasanya. Saya sendiri setahun baru merasa ‘normal’ lagi dan bisa menikmati hidup seperti biasanya. Peluk!
Hi mba maureen… bisa di jelaskan tentang obat suntik yang namanya Endrolin ? Saya operasi angkat rahim tgl 4 agustus 2023 karena miom ukuran 8cm dan sakit pas datang bulan bahkan setelah datang bulan masih sakit… operasi dgn BPJS juga tapi obat endrolin gak di cover BPJS harga nya 1.972.000 rp ( 2jt an) selama 3 bulan
Hi Mba Eti, salam kenal ya. Mohon maaf untuk obat suntik Endrolin saya kurang tahu karena saya tidak diresepkan obat tersebut oleh dokter karena menurut dokter saya waktu itu saya tidak perlu terapi hormon. Semoga bisa mendapatkan jawaban yang dicari ya Mba. Doa terbaik untuk kesehatan Mba Eti.